OPINI, updatejatim.net – Razia hiburan malam di Sumenep belakangan ini semakin gencar dilakukan oleh pihak berwenang. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah razia ini benar-benar bertujuan untuk menegakkan aturan atau sekadar ajang pencitraan semata?
Jika ditelisik lebih dalam, razia yang kerap diberitakan dengan gembar-gembor seakan menjadi agenda rutin yang tidak membawa perubahan signifikan. Setiap kali operasi dilakukan, hasilnya nyaris serupa, pengunjung atau pekerja hiburan terjaring, lalu dikenakan sanksi ringan, dan beberapa hari kemudian aktivitas kembali berjalan seperti biasa. Siklus ini terus berulang tanpa solusi konkret.
Lebih ironis lagi, razia ini sering kali dilakukan menjelang momen tertentu, seperti tahun politik, ramadan atau ketika sorotan masyarakat terhadap aparat sedang tinggi. Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa pemerintah dan aparat bekerja keras menjaga moral masyarakat, padahal setelah publikasi mereda, kontrol terhadap hiburan malam juga melemah.
Jelasnya, Polres Sumenep secara rutin menggelar razia di berbagai tempat hiburan malam untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Berikut beberapa data razia yang telah dilakukan:
Jelasnya, pada 9 Juni 2024: Polisi merazia cafe Mr. Ball di Jalan Arya Wiraraja, Desa Gedungan, Kecamatan Batuan, dan Kafe Lotus di Jalan KH Mansyur, Desa Pabian, Kecamatan Kota Sumenep. Dalam operasi ini, 34 orang diamankan, terdiri dari 18 laki-laki dan 16 perempuan. Selain itu, puluhan kardus berisi minuman keras berbagai merek juga disita.
Kemudian pada 19 Maret 2024, Empat tempat hiburan malam dirazia, termasuk Kafe Mr. Ball dan SPA Potre Koneng di Jalan Raung, Kelurahan Pabian, Kecamatan Kota Sumenep. Hasilnya, 65 botol minuman keras disita dan 25 pengunjung diamankan.
Terbaru, pada Selasa, 18 Maret 2025 malam razia juga dilakun ke 4 tempat yang acap kali jadi tempat hiburan, Mr. Ball, Potree, Lotus dn JBL yang dipimpin langsung oleh Kapolres Sumenep. (updatejatim.net).
Jika pemerintah benar-benar ingin menata hiburan malam di Sumenep, seharusnya mereka tidak hanya mengandalkan razia yang bersifat sporadis. Dibutuhkan regulasi yang jelas, penegakan hukum yang konsisten, serta pendekatan yang lebih sistematis. Selain itu, pembinaan terhadap para pekerja hiburan juga perlu dilakukan agar mereka memiliki alternatif ekonomi yang lebih baik.
Tanpa langkah nyata yang berkelanjutan, razia ini hanya akan menjadi ajang publikasi yang menguntungkan segelintir pihak, sementara masalah utama tetap dibiarkan berlarut-larut.
Apakah razia hanya bagian publikasi? Yang bisa jawab ketegasan pejabat terkait dengan solusi. Solusinya. Beneran tutup. Titik tanpa koma dan kira-kira begitu !!!