Sumenep, Updatejatim.net – Dalam sebuah kunjungan, Edi Suhandi Keron, seorang pegiat kesenian Ketoprak Madura Rukun Karya, mendatangi kediaman Calon Bupati Sumenep, KH Muhammad Ali Fikri, atau lebih dikenal dengan sebutan Mas Kiai, di Komplek Pondok Pesantren Annuqayah, Kecamatan Guluk-Guluk pada 13 Oktober 2024.
Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk melakukan tabayun terkait isu miring yang beredar di masyarakat, yang menyebutkan bahwa kesenian di Kota Keris akan dihapus jika Mas Kiai terpilih sebagai Bupati.
“Menurut berita yang beredar, jika Pak Kiai jadi bupati nanti, kesenian di Kabupaten Sumenep akan dihapus. Kami datang untuk meminta kejelasan tentang kabar itu,” ungkap Edi Keron saat pertemuan.
Mas Kiai, calon bupati dengan nomor urut 01, segera membantah isu tersebut. Ia menegaskan bahwa kesenian merupakan bagian penting dari budaya dan harus dipelihara.
“Kabar itu tidak benar, itu hoaks. Justru kesenian ini harus dirawat. Walisongo juga berdakwah dengan seni,” jelasnya dengan tegas pada 14 Oktober 2024.
Lebih lanjut, Mas Kiai mengatakan bahwa ia bukanlah orang baru dalam dunia kesenian. Dalam pengakuannya, sejak tahun 1989, ia aktif sebagai musisi, berawal dari pembelajarannya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Di sana, ia bergabung dengan komunitas seni yang dipimpin oleh Gus Zainal Arifin Toha, seorang sastrawan terkemuka dari Yogyakarta.
“Keluar dari Tebuireng tahun 1991 dan melanjutkan kuliah di Jogja. Sebelum mulai perkuliahan di IAIN Sunan Kalijaga, saya sudah konser ke mana-mana. Tahun 1996, saya mulai bergabung dengan Mas Ngatawi al-Zastrow,” kenangnya.
Bagi Mas Kiai, kesenian adalah aspek sosial-budaya yang sangat penting untuk dikembangkan dan dilestarikan. Ia berkomitmen, jika terpilih, akan memberikan perhatian khusus terhadap sektor kesenian melalui regulasi dan pendampingan.
“Saya harap pemerintah kabupaten harus hadir agar kesenian di Sumenep tetap lestari dan pegiatnya lebih sejahtera,” imbuhnya.
Di tengah suasana politik yang penuh tantangan, Mas Kiai juga menyoroti isu fitnah yang sering kali menghantui langkahnya. Ia menegaskan bahwa dalam politik, fitnah merupakan bagian dari black campaign.
“Sebelumnya, saya difitnah sebagai pengikut Islam garis kanan. Padahal, saya adalah alumni Pesantren Tebuireng. Pendahulu saya juga alumni di sana,” tandasnya dengan penuh keyakinan.
Dengan komitmen yang kuat terhadap kesenian dan budaya, Mas Kiai menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang calon bupati, tetapi juga sosok yang peduli terhadap keberlangsungan seni dan budaya di Kabupaten Sumenep.