SUMENEP, Opini – Bulan Ramadhan selalu membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kebiasaan menikmati kopi. Jika di hari-hari biasa kedai kopi menjadi tempat yang ramai sejak pagi hingga malam, di bulan suci ini suasananya bergeser.
Waktu buka bisa berubah, dan pengunjung yang biasanya datang untuk bekerja atau bersantai kini lebih banyak mengunjungi kedai kopi setelah berbuka atau tarawih.
Dalam beberapa tahun terakhir, kebiasaan ngopi setelah tarawih semakin digemari. Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, banyak orang ingin melepas penat dengan menikmati secangkir kopi sambil bercengkerama dengan teman atau keluarga.
Menyadari hal ini, banyak kedai kopi yang menyesuaikan diri dengan menawarkan menu khas Ramadhan, seperti kopi dengan rempah-rempah atau camilan manis yang cocok untuk pelengkap.
Bagi mereka yang terbiasa minum kopi di pagi atau siang hari, Ramadhan menjadi tantangan tersendiri. Waktu minum kopi harus disesuaikan agar tidak mengganggu pola tidur atau ibadah.
Beberapa orang memilih menikmati kopi saat sahur untuk menjaga energi, sementara yang lain merasa lebih nyaman menikmatinya setelah berbuka atau tarawih.
Kedai Kopi sebagai Tempat Silaturahmi ( Harmoni Ibadah dan Kebersamaan)
Tak sekadar tempat menikmati kopi, kedai kopi di bulan Ramadhan juga menjadi ruang berkumpul dan mempererat tali silaturahmi atau kebersamaan yang acap kali dilakukan insan sosial.
Banyak orang yang memanfaatkannya untuk bertemu teman lama, berdiskusi, atau sekadar melepas rindu dalam suasana yang lebih santai dibanding restoran atau tempat makan lainnya.
Bahkan, beberapa kedai atau tempat kopi juga mengadakan kajian ringan atau sesi berbagi ilmu sebelum waktu sahur tiba. Kesimpulannya, bahwa Ramadhan dan budaya ngopi ternyata dapat berjalan berdampingan.
Kedai kopi tidak hanya sekadar tempat menikmati kafein, tetapi juga menjadi bagian dari momen kebersamaan dan refleksi spiritual. Selama tidak berlebihan dan tetap menjaga esensi ibadah, menikmati kopi di bulan Ramadhan bisa menjadi pengalaman yang lebih berarti.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu tetap menikmati kopi di bulan Ramadhan atau justru mengurangi konsumsinya?
*Oleh
MARSUKI (Mahasiswa Semester 6 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNIBA Madura).